About

ENDANK SOEKAMTI TALK ABOUT PUNK

Jumat, 29 Juni 2012


Stepped out of the line
Like a sheep runs from the herd
Marching out of time..
To my own beat now, Yeah. The only way I know!
Yap, penggalan barisan lagu Green Day bertajuk Minority memang sangat tepat menggambarkan identitas dari komunitas Punk yang berkembang nggak lagi hanya sebagai aliran musik di dunia saat ini. Kalau itu, curahan hati Billie Joe, apa sih katanya Erix, frontman Endank Soekamti tentang empat huruf tiga kord paling berbahaya di dunia ini? “Berkembang dan beregenerasi!” Ujarnya lantang. “Jargon ‘Punk not dead’ tampaknya memang benar. Walaupun geliat scene punk ada yang tercover media, ada yang tidak,” tambahnya.






Mengenai perkembangannya di Indonesia, dia berujar bahwa scene punk underground sudah ada jauh sebelum kemunculan band-band punk yang dikenal di media mainstream. “Di Jogja, sudah ada band seperti Dom 65 atau Black Boot. Lalu dengan adanya pengaruh band-band neo punk mancanegara yang disiarkan media nasional, membuka jalan bagi kemunculan gejala yang sama di Indonesia. Maka munculah band-band seperti SID, Endank Soekamti, Netral, Rocket Rockers dan msh banyak lagi, yang mulai bermain di gigs-gigs semacam pensi, dan event-event musik nasional.” Ujarnya.
Menurut Erix, musik yang berasal dari dataran Inggris dan berkembang di Amerika ini selalu terkait dengan komunitas. “Sejak jaman komunitas CBGB di new york sampai sekarang. Karenanya, kami juga menanamkan persahabatan, karena itu siapa saja yang support pada kami, disebut sebagai Kamtis Family,” lanjut Erix. Dia juga menjawab pertanyaan image anak punk jaman sekarang. “Hanya mirip berandalan, bukan sampah jalanan. Dan seperti ini juga image Kamtis Family di benak kami,” ujarnya. Terus, apa tanggapan lo tentang penggundulan anak-anak Punk di Aceh sesaat lalu? “Masyarakat terperangkap pada bentuk luarnya saja. Fashion statement kan tidak identik dengan moral seseorang.” “Dulu saya punya senior dengan lifestyle punk tapi bermoral sangat baik bahkan taat beribadah. Penggundulan dan pemakaian baju koko bukanlah jaminan moralitas,” ujarnya.
Lalu, sebenarnya, apa sih yang tersirat di benak anak-anak Endank Soekamti untuk berkumpul dan mulai memainkan musik punk kemudian membentuk sebuah band? “Kebebasan berekspresi, tidak perlu advance dalam skill, penuh energi, pengaruh new-school punk bands dan yang paling penting adalah karena merasa cocok dengan karakter kita,” ucapnya. Yeah, itulah spirit Punk! Selanjutnya, Erix menggambarkan kalau musik punk yang diusung Endank Soekamti adalah lebih ke new-school punk atau punk revivalis. “Lebih khususnya lagi pop punk, atau melodic punk,” tutupnya.
Billie Joe udah, Erix juga, terus bagaimana kata kawan-kawan Endank Soekamti lainnya yang sama spirit punk-nya ya? Cek langsung di majalah HAI edisi 24 edisi Punk! dan dalami spirit punk langsung dari anak-anak Netral, Marjinal, Rocket Rockers dan Superglad!

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 29 Juni 2012

ENDANK SOEKAMTI TALK ABOUT PUNK


Stepped out of the line
Like a sheep runs from the herd
Marching out of time..
To my own beat now, Yeah. The only way I know!
Yap, penggalan barisan lagu Green Day bertajuk Minority memang sangat tepat menggambarkan identitas dari komunitas Punk yang berkembang nggak lagi hanya sebagai aliran musik di dunia saat ini. Kalau itu, curahan hati Billie Joe, apa sih katanya Erix, frontman Endank Soekamti tentang empat huruf tiga kord paling berbahaya di dunia ini? “Berkembang dan beregenerasi!” Ujarnya lantang. “Jargon ‘Punk not dead’ tampaknya memang benar. Walaupun geliat scene punk ada yang tercover media, ada yang tidak,” tambahnya.






Mengenai perkembangannya di Indonesia, dia berujar bahwa scene punk underground sudah ada jauh sebelum kemunculan band-band punk yang dikenal di media mainstream. “Di Jogja, sudah ada band seperti Dom 65 atau Black Boot. Lalu dengan adanya pengaruh band-band neo punk mancanegara yang disiarkan media nasional, membuka jalan bagi kemunculan gejala yang sama di Indonesia. Maka munculah band-band seperti SID, Endank Soekamti, Netral, Rocket Rockers dan msh banyak lagi, yang mulai bermain di gigs-gigs semacam pensi, dan event-event musik nasional.” Ujarnya.
Menurut Erix, musik yang berasal dari dataran Inggris dan berkembang di Amerika ini selalu terkait dengan komunitas. “Sejak jaman komunitas CBGB di new york sampai sekarang. Karenanya, kami juga menanamkan persahabatan, karena itu siapa saja yang support pada kami, disebut sebagai Kamtis Family,” lanjut Erix. Dia juga menjawab pertanyaan image anak punk jaman sekarang. “Hanya mirip berandalan, bukan sampah jalanan. Dan seperti ini juga image Kamtis Family di benak kami,” ujarnya. Terus, apa tanggapan lo tentang penggundulan anak-anak Punk di Aceh sesaat lalu? “Masyarakat terperangkap pada bentuk luarnya saja. Fashion statement kan tidak identik dengan moral seseorang.” “Dulu saya punya senior dengan lifestyle punk tapi bermoral sangat baik bahkan taat beribadah. Penggundulan dan pemakaian baju koko bukanlah jaminan moralitas,” ujarnya.
Lalu, sebenarnya, apa sih yang tersirat di benak anak-anak Endank Soekamti untuk berkumpul dan mulai memainkan musik punk kemudian membentuk sebuah band? “Kebebasan berekspresi, tidak perlu advance dalam skill, penuh energi, pengaruh new-school punk bands dan yang paling penting adalah karena merasa cocok dengan karakter kita,” ucapnya. Yeah, itulah spirit Punk! Selanjutnya, Erix menggambarkan kalau musik punk yang diusung Endank Soekamti adalah lebih ke new-school punk atau punk revivalis. “Lebih khususnya lagi pop punk, atau melodic punk,” tutupnya.
Billie Joe udah, Erix juga, terus bagaimana kata kawan-kawan Endank Soekamti lainnya yang sama spirit punk-nya ya? Cek langsung di majalah HAI edisi 24 edisi Punk! dan dalami spirit punk langsung dari anak-anak Netral, Marjinal, Rocket Rockers dan Superglad!

0 komentar:

Posting Komentar

Ruang Komunikasi